Pagi itu masih dingin, daerah yang memang sejuk ditambah desa Lembean habis diguyur hujan menambah dinginnya tempat saya menghabiskan 2 minggu liburan saya di Sulawesi Utara.
Rasanya masih malas beranjak dari tempat tidur namun karena telah memiliki janji dengan tour guide saya untuk mengunjungi Tomohon dan Tondano, rasa malas itu berubah menjadi penasaran dengan cerita kota bunga tersebut.
Kami berangkat pagi itu sekitar jam 10, keluar lebih pagi karena jarak tempuh tempat saya tinggal dan Tomohon agak cukup jauh.
Perjalanan yang berbelok belok dan menanjak menuju kota bunga Tomohon. Sepanjang perjalanan saya menyaksikan alam yang sangat natural, banyak skali pepohonan, kebun sayur yang tertata rapih dan arsitektur rumah masyarakat yang desainnya seperti rumah western yang cantik. Kami juga melewati goa-goa peninggalan zaman penjajahan Jepang yang dipagari dan masih terasa sekali nuansa seramnya.
Akhirnya setelah perjalanan yang disugukan dengan pemandangan alam yang indah, mata saya semakin dimanjakan dengan pemandangan menakjubkan lainnya.
Saya memulai dengan Toko Bunga Jalan Lingkar yang berada di Tomohon. Dikatakan toko bunga jalan lingkar karena berada disudut jalan yang melingkarinya. Bunga bunga asterik yang cantik dan berwarna warni memenuhi hampir seperempat lahan toko bunga. Ada juga bunga bunga lainnya yang tak kalah indahnya, bibit bibit semuanya tertata indah membuat setiap mata akan menoleh ke toko bunga.
Keindahan alam Tomohon bukan hanya di toko bunga jalan lingkar saja. Kami mengunjungi perbukitan yang luasnya berhektar hektar, perbukitan itu diaebut Bukit Doa. Bukit doa menjadi salah satu wisata alternatif yang cukup digemari sekarang. Sambil menikmati keindahan alam kita boleh beribadah. Saya sangat kagum, bagaimana mungkin perbukitan tersebut ditata dan dibuat dengan sangat rapih dan indah dengan seluruh bukit ditutupi rumput hijau yang bersih.
Siang itu matahari sudah menunjukkan dirinya dengan nyata, perut juga terasa keroncongan, saya mengunjungi rumah makan yang berada di pusat kota untuk mengisi perut. Nasi goreng cakalang, rasanya sangat khas Minahasa, lezat, ikan cakalang dan pedis.
Sore itu matahari cepat bersembunyi, kami dengan segera menyusuri jalan berikut ke kota sebelah Tondano uang sangat dikenal dengan danau tondanonya. Saya ingin melihat rumah cantik yang dibangun diatas air. 30 menit yang singkat, tibalah saya di tujuan melihat rumah dengan desain arsitektur yang sangat percis rumah western; cerobong asap, berafa diatas air, kolam ikan yang dipenuhi bunga teratai, dan bahan bangunan dari kayu hitam. Saya merasa berada dibelahan bumi lainnya. Hanya ada 3 rumah seperti itu dalam jarak 1,5 km. Indahnya lagi dibelakang rumah itu tampak hamparan sawah dan juga danau tondano yang sangat terkenal.
Matahari sudah hampir terbenam, saya memutuskan untuk pulang saja, selain sudah sangat puas dengan apa yang saya kunjungi hari ini, saya juga tak ingin kemalaman sampai dirumah.
Hari yang memberikan pemandangan alam dan wisata dengan dimensi yang berbeda.
Comments
Post a Comment